Suatu ketika ada sang pawang gajah bercerita tentang bagaimana ia bisa membuat gajah bisa tunduk patuh dan tidak takut sang gajah akan melarikan diri. Padahal tali yang dipakaikan ke gajah hanyalah seutas tali ijuk.
Ia mengkisahkan bahwa sejak kecil gajah-gajah diikat kakinya dengan rantai baja yang sangat kuat. Rantai itu pun dikaitkan pada sebuag tonggak baja yang besar dan kuat tertanam.
Oleh karenanya, sang gajah kecil hanya bisa berjalan sepanjang rantai terbentang. Jikapun ia ingin melarikan diri, rantainya akan menahannya.
Sekuat apapun gajah kecil itu mencoba, tentu akan sangat sia-sia usahanya lepas dari cengkraman rantai baja yang memang sangat kuat. Atau mungkin karena kekuatan sang gajah kecil yang masih lemah untuk lepas dari rantai itu.
Usaha sang gajah kecil pun sepertinya selalu sia-sia. Hal ini berlangsung sampai sang gajah beranjak dewasa.
Apa yang terjadi? Ternyata gajah tersebut menyerah dengan keadaan. Di benaknya apa yang berada di pergelangan kakinya itu adalah rantai baja yang sama, yang kekuatannya jauh lebih besar darinya. Ia pun pasrah dengan apa yang harus ia kerjakan.
Di benaknya pula apa yang dilakukan adalah semata-mata perintah dari sang pawang yang mengikatnya, tanpa berpikir panjang bahwa ia bisa lolos dan menjadi seperti yang ia inginkan.
Dengan demikian, sang pawang tidak pernah khawatir lagi akan gajahnya. Baginya mengikat gajah dengan rantai tak jauh beda dengan tali ijuk.
Setiap hari, sang gajah hanya pasrah untuk dibawa ke ladang atau hutan untuk bekerja.
***
Sobat, banyak dari kita yang mungkin merasa ada seutas rantai baja yang sangat kuat membelenggu diri kita. Mungkin saja rantai itu adalah kebodohan, kemiskinan, atau keadaan yang tidak mendukung dalam kehidupan kita.
Kita merasa dididik dalam suasana yang tidak mungkin membuat kita menjadi baik dan sukses kelak. Lihat saja, kemiskinan dan pola pikir orang-orang disekeliling kita begitu kuat tertanam dalam benak kita yang menjadikan kita optimis akan masa depan.
Mungkin kita menganggap nasib sudah begini adanya. Tidak ada kata lain untuk bisa merubahnya.
Sobat, bukankah Tuhan memberikan kita bekal yang sama didunia ini? ada karunia Tuhan yang sangat luar biasa ada pada diri kita. Namun, semua tergantung pada niat dan keteguhan hati apakah kita bisa merubah keadaan. Tentu ada doa dan usaha berjalan seiring...
Sobat Motivasi, bukankah kita harus menyalahkan keadaan yang demikian. Semua itu sesungguhnya adalah karunia yang diberi Tuhan untuk kita mau belajar,,,tidak ada yang tidak mungkin sehingga Tuhan Menghendaki,,,
Kita bisa melepas "rantai" itu sahabat, rantai yang membuat kita terkungkung, membuat kita tidak yakin akan masa depan yang gemilang,,,
Sobat Motivasi, tetaplah semangat,,tetaplah yakin Tuhan memberi jalan yang terbaik buat kita, di dunia atau mungkin di Akherat kelak selama ada do'a,keyakinan, usaha, dan tawakkalSuatu ketika ada sang pawang gajah bercerita tentang bagaimana ia bisa membuat gajah bisa tunduk patuh dan tidak takut sang gajah akan melarikan diri. Padahal tali yang dipakaikan ke gajah hanyalah seutas tali ijuk.
Ia mengkisahkan bahwa sejak kecil gajah-gajah diikat kakinya dengan rantai baja yang sangat kuat. Rantai itu pun dikaitkan pada sebuag tonggak baja yang besar dan kuat tertanam.
Oleh karenanya, sang gajah kecil hanya bisa berjalan sepanjang rantai terbentang. Jikapun ia ingin melarikan diri, rantainya akan menahannya.
Sekuat apapun gajah kecil itu mencoba, tentu akan sangat sia-sia usahanya lepas dari cengkraman rantai baja yang memang sangat kuat. Atau mungkin karena kekuatan sang gajah kecil yang masih lemah untuk lepas dari rantai itu.
Usaha sang gajah kecil pun sepertinya selalu sia-sia. Hal ini berlangsung sampai sang gajah beranjak dewasa.
Apa yang terjadi? Ternyata gajah tersebut menyerah dengan keadaan. Di benaknya apa yang berada di pergelangan kakinya itu adalah rantai baja yang sama, yang kekuatannya jauh lebih besar darinya. Ia pun pasrah dengan apa yang harus ia kerjakan.
Di benaknya pula apa yang dilakukan adalah semata-mata perintah dari sang pawang yang mengikatnya, tanpa berpikir panjang bahwa ia bisa lolos dan menjadi seperti yang ia inginkan.
Dengan demikian, sang pawang tidak pernah khawatir lagi akan gajahnya. Baginya mengikat gajah dengan rantai tak jauh beda dengan tali ijuk.
Setiap hari, sang gajah hanya pasrah untuk dibawa ke ladang atau hutan untuk bekerja.
***
Sobat Motivasi, banyak dari kita yang mungkin merasa ada seutas rantai baja yang sangat kuat membelenggu diri kita. Mungkin saja rantai itu adalah kebodohan, kemiskinan, atau keadaan yang tidak mendukung dalam kehidupan kita.
Kita merasa dididik dalam suasana yang tidak mungkin membuat kita menjadi baik dan sukses kelak. Lihat saja, kemiskinan dan pola pikir orang-orang disekeliling kita begitu kuat tertanam dalam benak kita yang menjadikan kita optimis akan masa depan.
Mungkin kita menganggap nasib sudah begini adanya. Tidak ada kata lain untuk bisa merubahnya.
Sobat, bukankah Tuhan memberikan kita bekal yang sama didunia ini? ada karunia Tuhan yang sangat luar biasa ada pada diri kita. Namun, semua tergantung pada niat dan keteguhan hati apakah kita bisa merubah keadaan. Tentu ada doa dan usaha berjalan seiring...
Sobat, bukankah kita harus menyalahkan keadaan yang demikian. Semua itu sesungguhnya adalah karunia yang diberi Tuhan untuk kita mau belajar,,,tidak ada yang tidak mungkin sehingga Tuhan Menghendaki,,,
Kita bisa melepas "rantai" itu sahabat, rantai yang membuat kita terkungkung, membuat kita tidak yakin akan masa depan yang gemilang,,,
Sobat Motivasi, tetaplah semangat,,tetaplah yakin Tuhan memberi jalan yang terbaik buat kita, di dunia atau mungkin di Akherat kelak selama ada do'a,keyakinan, usaha, dan tawakkal
Harap cantumkan sumber secara lengkap bila ingin copy paste