menu

Wednesday 28 September 2016

Kisah kelam

Hari hampir tengah malam, tapi Jakarta memang tak pernah tidur. Jalan raya tetaplah jalan raya. Mobil-mobil mewah tetap saja lalu-lalang tanpa henti di atasnya. Lampu-lampu kota yang semarak dan gedung-gedung tinggi, tak sedikit orang-orang yang masih terjaga dan terus bekerja di sana tanpa mengenal waktu.
Alini masih terduduk di sebuah kursi pojok bar itu. Ia memegang sebuah foto dari dompetnya. Wajahnya menunduk dan terhindar dari lampu-lampu disko. Di ruang remang-remang bar itu tak satupun orang tahu bahwa ia menangis. Air matanya mengalir membasahi pipinya dan beberapa kali menetes mengenai foto Alea yang tampak tersenyum.
Begitu cantik gadis itu. Alea adalah Adiknya satu-satunya. Tapi sejak kepulangan Alini ke kampung setahun yang lalu, Alea tak ada, menghilang entah kemana. Dan sampai saat ini ia terpisah dari Alea serta tak pernah tahu Alea ada di mana.
Begitu getir sesungguhnya jalan hidup Alini. Tiga tahun sudah ia ada dalam dunia malam. Hidupnya mengalir dari gelas-gelas alkohol. Hari-harinya berputar di antara asap-asap rokokdan lampu-lampu bar, musik yang tak pernah berhenti, tangan-tangan lelaki iseng hidung belang, serta hotel.Ia tak lagi bisa menghitung berapa tubuh lelaki yang telah menindihnya. Berapa lelaki yang telah menjamah tubuh indahnya. Tak jarang ia menangis melakukan semua itu. Tapi untuk apa menangis? Tak ada yang peduli. Tuhan terlalu kejam. Kata-kata itu yang hinggga kini membara dalam dada mudanya.
Ayahnya meninggal tepat ketika ia menamatkansekolah menengahnya. Pak Kardi meninggal karena tak tahan dengan penyakit menahunnya. Keadaan ekonomi yang sangat memprihatinkan, Alea yang masih sekolah, hal itulah yang membuatAlini pergi merantau ke Jakarta.Pedih jika Alini harus mengingat satu demi satu, lembar demi lembar kisah hidupnya. Terlampau hitam dan getir untuk dikenang. Pekerjaan yang dijanjikan oleh kawan ayahnya yang ada di kota tak pernah nyata. Hanya penderitaan dan penyiksaan yang ia dapat di megah angkuhnya ibu kota. Bahkan beberapa kali Alini diperkosa.
Tak ada lagi orang baik baginya. Semua orang yang awalnya menolongnya, seolah bersimpati tapi nyatanya hanya berpura-pura saja. Mereka sama binatangnya. Sejak itu, pupus sudah mimpinya membawa sebentuk kebahagiaan,kebanggaan bagi Ibu dan adiknya. Dan kini ibunya telah meninggal juga.
Orang-orang di kampungnya mengatakan kalau Alea sempat tinggal dengan pamannya dan menjalin hubungan dengan seorang pengusaha sukses dari Jakarta. Sampai akhirnya Alea menikah dengan lelaki itu. Sesungguhnya Alini bersyukur dengan hal itu.
Jika para penjaja seks yang mungkin sering berkilah demi mencari sesuap nasi maka Alini lebih karena frustasi. Ketegarannya telah habis. Alini takan sanggup menatap wajah ibunya. Hidupnya benar-benar telah hancur.Perlahan ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menembus sesaknya setan-setan sesamanya yang tak berhenti melompat-lompat, berjoget lupa daratan.
Alini berjalan dan duduk dibangku luar. Di seberang jalan sana lebih banyak lagi wanita-wanita yang sama sepertinya. Berdiri sampai subuh menunggu pria-pria hidung belang datang melintas.
Perbedaan dengan dirinya atau dengan Bella, Mia, Kysa teman-temanya itu hanyalah ia bekerja melalui tangan Mama Esi yang telah lama mengelola bar dan bisnis itu. Alini kerap melayani pengusaha-pengusaha besar dan tentu saja Alini menjadi anak emas Mama Esi karena Alini cantik dan banyak peminatnya.
Bagi Alini, hidup sama sekali bukan pilihan. Entah kenapa, meskipun semua orang sepakat mengatakan hidup adalah sebuah pilihan, tapi hidupnya telah lebih dari sekedar memberinya pemahaman.
Tiba-tiba seorang lelaki gendut yangbaru keluar dari bar juga duduk di sampingnya.
“Maaf,boleh duduk di sini?” Lelaki itu berbasa-basi.
Alini mengangguk.“Alini kan? Biasanya di hotel mana?” Alini menengok,
tak aneh lagi baginya orang-orang yang ia temui telah lebih dahulu mengetahui namanya dan sebagainya, karena itu merupakan pekerjaan Mama Esi. Semua anak asuhan Mama Esi selalu di foto dan di promosikan pada pengusaha-pengusaha disertai dengan biodata lengkap.
Dan jika pengusaha-pengusaha itu menginginkan keterangan lebih, tentu saja bisa langsung bertanya pada Mama Esi.Dan Alini adalah primadona PSK. Para pengusaha-pengusaha bejat seolah berlomba-lomba ingin merasakan tubuh Alini.
Mereka tak peduli meskipun uang yang harus mereka bayarkan pada Mama Esi jauh di atas rata-rata.
“Iya, tapi saya sudah bilang Mama Esi, malam ini saya tidak bisa. Mungkin Om bisa dengan Mia, Bella, mereka ada di dalam.
”“O…” Lelaki itu tampak mengangguk-anggukan kepala.
Tampak sekali bahwa lelaki itu adalah pengusaha sukses dan bersedia mengeluarkan uang berapapun untuk memenuhi keinginannya. Tiba-tiba seorang pelayan minuman berjalan ke arah Alini dari dalam bar.
“Maaf Mbak Alini, dipanggil Mama Esi.
”Ya, Alini mengerti pasti Mama Esi memintanya melayani orang itu.
Jika Alini sedang kehilangan mood seperti kali ini, Mama Esi akan menggunakan cara apa pun untuk membujuknya. Dan Alini selalu luluh oleh wanita yang sudah ia anggap sebagai Ibu itu.
Mama Esi selalu bijak, ia tak pernah melakukan kekerasaan pada para pekerjanya. Ia bahkan akan ada di belakang mereka jika mereka harus berurusan dengan polisi.Mama Esi selalu mengikat mereka dengan kasih sayang.
Jika ada di antara mereka yang ingin keluar dari dunia hitam itu, dengan senang hati ia persilahkan. Tapi nyatanya tak ada yang benar-benar keluar dari dunia itu.
Alini cepat-cepat mengangguk kemudian berdiri.“Maaf Om, saya tinggal dulu.” Lelaki itu mengangguk.
Mama Esi sudah menunggu Alini di ruangannya dengan wajah memelas. Mungkin sudah susah payah ia siapkan. Jika kebanyakan orang semacam Mama Esi akan marah jika seorang pekerjanya tidak mau melayani pelanggan, maka berbeda dengan Mama Esi yang selalu berusaha memanja dan menjaga perasaan para pekerjanya.
“Lini, Mama tahu permohonan Mama sudah tak terhitung padamu untuk hal ini. Tapi Mama tak punya pilihan lain Lin. Cuma Lini yang bisa nolong Mama. Lini malaikat Mama.
” Mama Esi seperti hendak bersujud di kaki Alini. Tapi Alini memegang tangannya.
“Ma, sudahlah. Lini ngerti.Siapa yang harus Lini temenin?” Alini mencoba tersenyum di hadapan Mama Esi.
Wajah Mama Esi seketika itu tersenyum dan memeluk Alini.
“Pak Enru, dia pengusaha dari perusahaan besar. Banyak sekali jasanya bagi Mama. Beliau yang mempromosikan kalian pada teman-temannya. Tadi beliau berjalan ke luar bar.
” Mama Esi mengajak Alini duduk dan melanjutkan, “Kamu ingat, kemarin waktu kita sibuk, Mia ke Surabaya,Bella dan yang lainnya ke Bali. Di sana ada big party. Cuma kamu yang tersisa di sini kan? Sengaja kamu Mama liburkan. Dan itu juga permintaan beliau Lin. Pak Enru sudah lama memesan kamu. Jangan takut, beliau orang baik.
” Mama Esi menasehati seperti seorang Ibu.“Dan apa kamu tega mengecewakannya? Ini ada sedikit uang untuk kamu.”
Mama Esi memasukan sebuah bungkusan coklat berisi uang itu ke dalam tas Alini. Alini hanya mengangguk.
“Ma, selama ini Mama yang telah menolong Lini. Dan Lini gak akan bikin Mama sedih.”“Makasih Lin Mama tahu itu.
” Keduanya berpelukan erat dan Lini beranjak keluar menuju bangku yang sebelumnya ia duduki.Ia tahu lelaki yang menyapanya tadi adalah Pak Enru yang Mama Esi maksudkan itu. Dan di bangku itu, lelaki tadi masih terduduk dan sesekali menghembuskan asap rokok dari mulutnya. “Maaf Om, saya bisa.”
Lelaki itu sedikit terkejut dan segera mematikan rokoknya. “Sudah siap?” Lini menjawabnya dengan anggukan kepala. Keduanya segera meluncur ke sebuah hotel.
Sebetulnya hal yang paling Alini takutkan adalah ia tak mampu lepas dari dunia hitamnya saat ini. Mama Esi pun terlalu membutuhkannya. Apakah ia akan benar-benar selamanya menjadi seorang pelacur? Menghabiskan usianya di bar dan hotel? Dan bertahan dengan sindiran semua orang tentang dirinya yang di sebut sebagai wanita jalang? Ah sesuatu yang terkadang hanya membuat Alini tak berselera untuk makan atau membuat ia tak bisa tidur dengan nyenyak di rumahnya.
Keduanya telah sampai di kamar hotel. Tak ada ritual-ritual aneh. Sepertinya Enru adalah lelaki yang tak suka bertele-tele. Lelaki itu sama sekali tak memperlakukan Lini dengan kasar. Semua terjadi dengan singkat. Dan Enru benar-benar merasakan kepuasan dari wanita cantik itu. Sementara seperti biasa Alini tak merasakan perasaan yang berbeda. Selalu kosong.
Tak pernah ada hati untuk pekerjaannya ini.Enru segera berkemas dan membuka dompetnya untuk mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu dan memberikannya pada Alini. Hanya untuksekedar bonus karena pembayaran yang sesungguhnya sudah diberikan pada Mama Esi. Dan alangkah terkejutnya Alini ketika sekilas ia sempat melihat dengan jelas foto di dompet lelaki itu. Hatinya berkecamuk. Ia tak segera berpakaian. Ia menatap punggung lelaki itu yang kini telah mengenakan jas kembali.
“Alini, terima kasih. Bagaimana akan saya antar ke Esi’s bar lagi? Atau mau pulang ke rumah? Juga bisa saya antar. Kamu berpakaian dulu. Akan saya tunggu.
” Suara Enru membuyarkan lamunan Alini. Akhirnya Alini memberanikan diri untuk bertanya, “Om Enru, apa saya boleh bertanya?”
“Oh tentu. Tidak apa-apa. Kamu mau tanya apa?”
“Maaf kalau saya lancang Om, kalau boleh saya tahu, foto yang ada di dompet Om itu siapa?”
Lelaki itu kembali mengambil dompetnya yang sudah ia masukan ke saku celananya.
“Ini?” Lelakiitu mengambil foto dari dompetnya itu dan memperlihatkannya pada Alini. Sekali lagi dada dan hati Alini berkecamuk. “Ini Alea, istri saya. Kenapa? Cantik ya? Wajahnya mirip sama kamu, tapi lebih cantik kamu kok.
”Tiba-tiba Alini bagai di sambar petir mendengar semua itu. Ia benar-benar tak percaya dengan apayang telah ia dengar dan apa yang telah terjadi. Adik satu-satunya yang ia cari, yang ia sayangi dan ia rindukan. Adiknya yang dikabarkan menikah dengan seorang pengusaha sukses yang baik dan sempat membuatnya bahagia, bahkan ia pernah berjanji pada Tuhan, sepahit apapun jalan hidupnya yang ia terima, ia takan menceritakannya pada Alea asalkan Alea benar-benar hidup bahagia.
Dan ia ingin sekali menemukan Alea. Memeluknya, untuk sekedar memastikan bahwa Alea benar-benar bahagia, tak sepertinya. Lalu setelah menemuinya, telah ia rencanakan ia akan benar-benar pergi dan menghilang. Tak akan lagi di temukan Alea. Biar semuanya terkubur saja.Tapi kini, setelah selama ini ia tak berhasil menemukan Alea, dengan mudah ia dapat menemukannya dari lelaki yang telah menidurinya. Tapi semuanya benar-benar tak dapat ia percaya. Kenyataan di hadapannya membuatnya jatuh dan kalah. Ia tak sanggup menghadapi hatinya.
Lelaki yang di anggap baik tak lebih baik dari semua lelaki hidung belang yang telah menidurinya. Dan tentu Alini tahu bahwa tidak mungkin jika Enru hanya pernah berhubungan badan dengannya, pasti juga dengan wanita-wanita pelacur lainnya. Lalu jika Alea tahu bahwa suami yang ia cintai itu telah melakukan semua itu dengan wanita-wanita pelacur bahkan dengan kakaknya sendiri, akan seperti apakah perasaannya?
Tak di sadarinya Lini menangis. Air matanya mengalir deras. Enru melihat itu dengan panik. Ia berusaha menenangkan dan bertanya pada Alini. Tapi semuanya sia-sia. Alini dalam keadaan perasaan yang tak menentu. Segala perasaannya menjadi satu. Antara benci pada Enru, benci pada dirinya sendiri, pada Mama Esi, menyesal, dan perasaan lain yang tak mampu ia artikan satu-satu.Alini tak lagi sadar ia masih telanjang ketika ia berdiri dan menyuruh Enru meninggalkannya. Alini menangis dan bersandar di pintu kamar hotel itu. Sementara Enru berlalu dengan sejuta pertanyaan dan ketidakmengertiannya. Alini masih tersedu. Lagi-lagi semuanya membuktikan, Tuhan terlalu kejam dan hidup bukanlah suatu pilihan untuknya.

Bersama Bidadari Surga

Kisah nyata dari pemilik akun facebook  "dewa eka prayoga"
=============================

"Aku percaya kamu bisa lewati ujian ini. Aku yakin kamu mampu. Aku akan support apapun keputusanmu. Aku sayang kamu..."
Itu adalah segelintir kata2 penguat yang terlontar dari istriku saat aku berada dalam titik nadir dan jurang kebangkrutan.
Gelap.... sungguh gelap.Kesedihan, kegelisahan, dan keputusaasan sempat menyelimuti kehidupanku, seolah ini adalah akhir dari perjuanganku selama ini.
Sampai pada akhirnya Allah hadirkan bidadari surga untuk menguatkanku, meyakinkanku, dan membersamaiku, saat menjalani ujian ini.
Hanya 18 hari pasca pernikahan, kami diuji dengan ujian pertama yang sungguh mengagetkan.
Kebangkrutan, kerugianhingga miliaran, hingga cacian dan makian dari orang2 yang tersangkut dalam kasus ini.
Tak heran, satu bulan setelah menikah, kami hampir memutuskan untuk berpisah.
Bukan karena kami tak sanggup memperjuangkan,tapi karena desakan dan tekanan orang2 yang terdekat yang membuat kami untuk melakukannya.
Untungnya, Allah hadirkan ia untuk selalu membersamaiku.
Betapapun banyak cacian yang dituduhkan padanya seolah menjadi "biang kerok" kebangkrutan bisnis yang Saya jalankanketika itu. Tapi aku mencoba tuk meyakinkan orang2 di sekitarku, bahwa ini bukan karena kesalahannya, melainkan murni karena kebodohan & kecerobohanku.
1 bulan berlalu...Di pagi hari ketika itu, istriku mengabari,"Mas, aku positif hamil..."
Seperti pasangan lain pada umumnya, tentu hati ini langsung berucap syukur alhamdulilah....Terimakasih ya Allah, karena engkau menitipkan anak pada kami. Semoga kelak jadi anak sholeh/sholehah yang berbakti pada orang tuanya dan taat pada agamanya. aaamiin...
Namun apa yang terjadi?
Ibuku, yang sangat sayang padaku dan keluargaku, sempat kecewa dan bilang,"Udah tahu hidup lagi susah! Ini malah hamil lagi. Gimana sih..."
Istrikupun langsung meneteskan air mata karena tak sanggup membendung kesedihan atas ucapan tersebut.
Aku pun kembali menenangkan,"Kamu harus yakin, adanya anak ini, akan menjadi sumber rezeki tersendiri buat keluarga kita. Jangan pernah kau gugurkan. Besarkan anak kita ini dan buktikan pada orang2 di sekitar kita bahwa kita bisa melalui ujian ini..."
Aku pun bingung. SMS, telpon, chat, dan mention, terus berdatangan. Bukan untuk menerima orderan, melainkan untuk menagih hutang sembari marah2 dan mengancam,
"Kembalikan uang Saya! Kalau enggak, Saya bakar rumah kamu!"
"Saya mau uang Saya balik. Kalau enggak, Saya laporkan kamu ke polisi!"
"Uang Saya harus balik! Kalau enggak, Saya akan cemarkan nama baik kamu di sosial media!"
Akhirnya Saya pun hanya bisa pasrah..... benar2 pasrah.Dan Saya harus bolak balik kantor polisi selama seminggu untuk menghadapi mereka yang melaporkan Saya.
Saya tak bisa menahan tangis. Air mata terus membasahi pipi setiap kali Saya berdoa."Ya Allah ya rabb... Berikan kekuatan kepadaku agar aku mampu melewaji ujian ini dengan petunjuk-Mu..."
Mobil pun terpaksa kami jual. Uang tabungan semua dicairkan.Kami pun tak punya apa2 lagi, kecuali keyakinan pada-Nya bahwa ujian ini pasti akan selesai.
Allah hadirkan seorang sahabat yang selalu setia membersamaiku, MasMirza G. Indralaksana.
"Mas, sekarang kita gerak aja. Kita mulai dari nol, bahkan minus. Kita berjuang sama2. Kita jual makanan aja.."
Saya pun bertanya, "terus yang masak siapa mas?"
Istri Saya pun langsung menjawab,"Udah gak apa2. Aku aja yang masak. Nanti pagi2 ba'da shubuh aku ke pasar. Terus aku masakin. Siangnya kalian berdua anter pesanan makanan ini ke para pemesan. Gak apa2 kok..."
Ya Allah ya rabb...Istriku ketika itu dalam kondisi hamil besar. Tapi mungkin karena Allah hadirkan ia untuk membersamaiku, sehingga apapun yang Saya lakukan, ia dukung 100%.Itulah yang kami lakukan selama 9 bulan, menjual makanan dan menjual apapun yang bisa Saya jual.
Bisnis makanan itupun tutup seiring kelahiran anak Saya, Nabila Faza Shaliha (itulah kenapa bisnis istri Saya diberi namaShaliha Hijab)
Episode kegelapan belum selesai...Saya harus cari kontrakan yang murah untuk bisa tinggal (karena kontrakan sebelumnya habis dan biaya tahunannya mahal)...
Saya harus angkat2 air beratus2 meter untuk bisa mandikan anak dengan air bersih (karena air sumurya kotor)..
Saya harus menidurkan anak di kasur lantai tipis selama berbulan2 (karena gak punya kasur)...
Saya harus keliling2 bandung motoran sambil hujan2an untuk mengantarkan pesanan (demi mendapatkan uang untuk makan).......
dan masih banyak lagiSaya gak kebayang, seandainya Allah tidak menghadirkan ia dalam hidupku, mungkin Saya hanya akan menjadi Dewa yangpenuh keputusasaan.
Terimakasih istriku...
Terimakasih bidadari surgaku...
Terimakasih Wiwin Supiyah...
Semoga Allah izinkan kita tuk menjadi jodoh dunia akhirat selamanya... Aamiin...
Dan semoga siapapun yang saat ini sudah memiliki pasangan, semoga Allah karuniakan Anda dengan kebaikan hingga menuju jannah-Nya bersama2. Aamiin....

=============================
Semoga para pembaca yang setia dapat memetik pelajaran dari kisah beliau ini..

Thursday 1 September 2016

Aplikasi Indahnya berbagi

Hallo sahabat pembaca yang setia di manapun kalian berada..
Sudah lama rasaya saya off karna kegiatan saya di dunia nyata..kini saya balik lagi dengan membuah sebuah aplikasi untuk mempermudah kalian mendapatkan info2 terbaru dan bermanfaat dari INDAHNYA BERBAGI...

Kalian tidak perlu repot mengetik alamat blog ini lagi tinggal pasang aplikasi INDAHNYA BERBAGI di smartphone kalian, langsung dapat mengakses dan membaca info-info menarik dan bermanfaat setiap harinya

Langsung saja yang berminat buat mencoba aplikasi nya tinggal download di link di bawah

DOWNLOAD INDAHNYA BERBAGI.APK

Ukuran aplikasi hanya 3mb.. ringan tidak memakan ram dan hemat batrai...
Silahkan di coba dan smoga bermanfaat .